Pemuda Muhammadiyah Kecam Penyerangan ke Kota Jenin oleh Zionis Israel

 Pemuda Muhammadiyah Kecam Penyerangan ke Kota Jenin oleh Zionis Israel

JAKARTA-Pemuda Muhammadiyah buka suara dan mengecam keras kejadian penyerangan yang dilakukan oleh tentara Israel ke Kota Jenin, Tepi Barat Palestina yang menyebabkan 10 warga sipil tewas dan melukai puluhan lainnya.

Kecaman tersebut disampaikan oleh Ketua Bidang Kemaritiman Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiya, Dedi Irawan pada, Rabu (1/2) seperti dilansir dari laman muhammadiyah.

Kebiadaban yang dilakukan oleh Israel merupakan kejahatan kemanusiaan.

“Kekejaman Israel kepada rakyat Palestina telah berlangsung puluhan tahun dan semakin brutal, kita harus bersatu untuk menghentikan perilaku biadab atas nama kemanusiaan dan perdamaian abadi,” kata Dedi.

Terkait dengan sikap Pemuda Muhammadiyah, Dedi mengatakan bahwa pihaknya berada pada posisi membela Palestina. Pemuda Muhammadiyah tidak akan pernah berhenti berdiri bersama Rakyat palestina.

Komitmen Pemuda Muhammadiyah berada di pihak Palestina, menurutnya sesuai dengan konstitusi yang dimiliki oleh Indonesia sejak negara ini didirikan hingga kini. Bahkan, isu Israel-Palestina akan masuk dalam pembahasan di Muktamar Pemuda Muhammadiyah mendatang.

“Kami akan membahas secara khusus terkait agresi Israel tersebut di Forum tertinggi organisasi Muktamar pada Februari ini, agar sikap dan usaha-usaha membantu rakyat Palestina Merdeka dapat lebih sistematis,” pungkasnya.

Sikap pembelaan kepada Rakyat Palestina merupakan sikap kolektif yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Seperti beberapa waktu lalu, di mana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bersama organisasi lain mendiskusikan untuk pembelaan Palestina.

“Kita juga merekomendasikan adanya satu koordinasi kegiatan sehingga kegiatan-kegiatan dukungan terhadap Palestina itu menjadi lebih efisien dan bermanfaat,” ujar Budi Setiawan, Ketua MDMC dalam kesempatan yang berbeda.

Ke depan, Budi berharap advokasi membentuk narasi ini dapat dilakukan di bidang kultural dan sebagainya agar perjuangan terhadap bangsa Palestina tidak sekadar menunggu momen berdarah.

“Isu Palestina sudah lama dan susah selesainya kapan. Maka kita perlu warna baru dalam membicarakan cara baru dalam bicara Palestina sehingga dengan demikian kita akan lebih efektif dan lebih mengerti pada apa yang harus kita lakukan pada bangsa Palestina yang punya ikatan erat dengan bangsa Indonesia,” tegasnya. []

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *